Picture
Banyak orang pintar atau mengaku pintar bermunculan. Mereka rerata sering tampil dan menampilkan diri seraya sering berkomentar dan mengomentari komentar lainnya. Karena sudah merasa pintar, jelas mereka akan saling berusaha memertahankan argumennya. Pada akhirnya, mereka tidak mendapatkan kesepakatan apapun atas diskusi tersebut selain kecapekan usai berdebat. Menurutku, jelas itu termasuk perbuatan yang sia-sia. 

Teramat berbeda dengan cerdas. Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan cerdas sebagai [a] (1) sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dsb); tajam pikiran: sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi orang yg cerdas lagi baik budi; (2) sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat): biarpun kecil badannya, tidak kurangcerdas-nya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa cerdas berarti berakal sehat dan berbudi luhur. Oleh karena itu, orang cerdas akan memiliki penalaran yang baik disertai dengan kemapanan perilaku. Orang cerdas tidak mudah diakali karena otaknya selalu menuntun perilakunya agar ia selalu berada dalam koridor keluhuran budi. Dan orang cerdas sungguh teramat langka saat ini.

Berbincang tentang orang cerdas, saya tergelitik untuk berbagi pengalaman. Beberapa waktu lalu, saya mengikuti pengajian di suatu kantor pemerintah. Sungguh saya sangat terinspirasi sehingga berkeinginan untuk menjadi pribadi nan cerdas. Sang ustadz memberikan nasihat bahwa kecerdasan akan diperoleh jika orang tersebut memenuhi tiga syarat.

Rajin Mengaji

Mengaji dan mengkaji berasal dari akar kata yang sama tetapi memiliki perbedaan makna. Mengaji sering digunakan sebagai pernyataan untuk memberikan gambaran kegiatan yang berhubungan dengan membaca kitab suci (Al Quran). Kata mengkaji digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan seseorang yang sedang meneliti sesuatu. Lalu, mengapa mengaji dapat meningkatkan kecerdasan seseorang?

Al Quran bukanlah semata kertas bertulis. Di dalamnya terkandung banyak sekali nilai-nilai kehidupan. Semua aspek kehidupan dimiliki dan diberikan kepada semua orang yang berkenan membaca danmengkajinya. Ayat-ayatnya menuntun pembacanya agar berhati halus, otaknya kian kritis, dan memiiki kepekaan perasaan yang luar biasa.

Hati orang yang gemar membaca Al Quran akan berubah menjadi halus dan mudah menangis jika mengingat dosa. Otak orang yang rajin mengaji akan menjadi sensitif dan mudah memahami ilmu yang dipelajarinya. Dan perasaan orang yang rajin mengaji akan mudah tersinggung jika kehormatannya diinjak alias disinggung. Maka, benarlah bahwa Al Quran menjadi sumber penalaran sehingga orang yang gemar membaca Al Quran akan berubah menjadi lebih cerdas daripada sebelumnya.

Disiplin Sholat (Beribadah)

Sholat bukanlah sekadar kegiatan ritual keagamaan. Sholat bukanlah sekadar bentuk kegiatan fisik yang diawali dari takbiratul ihram hingga salam. Sholat juga termasuk kegiatan olahraga paling menyehatkan. Jarang dan teramat jarang orang yang rajin sholat mengidap penyakit berbahaya. Justru orang teramat disehatkan dan dijaga kesehatannya jika rajin sholat. Bahkan, kebaikan sholat tidak hanya terletak pada kesehatan ragawi. Namun, sholat juga memiliki kandungan kesehatan nonjasmani yang luar biasa, yaitu kesehatan kecerdasan. Lalu, dimanakah letak kecerdasan yang terkandung di dalamnya?

Sesungguhnya sholat itu membentuk jiwa disiplin. Sholatlah atas waktunya, begitulah nukilan ayat berbunyi. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa sholat hendaknya dilaksanakan pada waktunya. Namun, kita tidak harus melaksanakan sholat begitu terdengar adzan. Istilah atas mengandung makna bahwa sholat dapat dilakukan pada awal, tengah, dan akhir atau penghujung waktu. Jadi, kita tidak perlu memaksakan diri untuk segera menunaikan sholat jika memang memiliki pekerjaan yang teramat penting.

Selain itu, sholat juga membentuk ketekunan. Rentang waktu subuh, dhuhur, ‘ashar, maghrib, dan ‘isya sudah diatur sedemikian rapinya. Pengaturan waktu itu jelas sudah mampu menunjukkan kehebatan Sang Pencipta. Waktu subuh diberi jumlah yang sedikit (2 rekaat) dan waktu yang singkat agar kesibukan manusia tidak terganggu karena segera memersiapkan diri untuk berangkat bekerja ke kantor.

Waktu dhuhur diberi waktu agak panjang karena kita sedang asyik-asyiknya bekerja. Karena itu, rekaatnya pun berjumlah banyak. Waktu ‘asyar diberi waktu lumayan banyak karena kita sudah menyelesaikan pekerjaan. Selanjutnya, waktu maghrib diberi waktu singkat karena manusia diberi kelonggaran untuk beristirahat sehingga rekaatnya pun sedikit (3 rekaat). Dan waktu paling lama adalah ‘isya karena Tuhan memberikan waktu nan cukup agar manusia (baca: kita) bias beristirahat dengan nyaman dan tenang.

Jika kita sudah menjaga dua sifat disiplin dan tekun tersebut, sholat akan memberikan dampak yang teramat luar biasa. Para pakar dahulu merupakan orang-orang yang menjaga sholatnya. Jika dibandingkan kesibukan saat ini, jelas kita sama sekali tidak sebanding. Mengapa? Karena para pakar zaman dahulu belum dibantu computer, internet, dan atau telepon. Semua dilakukan secara manual dan tradisional. Namun, kecerdasan manusia dahulu sungguhlah menakjudkan. Mengapa? Karena mereka menjaga sholat atau ibadahnya.

Bakti kepada Orang Tua

Orang yang paling berjasa selama hidup dan tak tergantikan adalah orang tua alias ayah-ibu. Harta dapat dicari, jabatan dapat dibeli, dan karya dapat diusahakan. Namun, jasa baik orang tua akan menumbuhkan generasi yang luar biasa. Sejak kecil hingga tua, orang tua selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Dari sekian banyak jasanya itu, tidak pernah sekalipun orang tua menghendaki balas budi alias belas kasihan dari sang anak. Lalu, apa hubunganya dengan kecerdasan?

Ketika semua pekerjaan dilakukan berdasarkan nasihat orang tua, batin anak dengan orang tua akan membentuk komunikasi. Orang tua akan memiliki daya tangkap alias daya sensitive yang luar biasa. Semua yang dilakukan anak akan diikuti detak jantung orang tua. Oleh karena itu, orang tua sering memberikan perhatian tertentu kepada anak sedangkan anaknya sama sekali belum pernah memberitakan kabar apapun. Orang tua sungguh sudah memahami hati anak meskipun sang anak belum menyampaikannya. Bagaimana orang tua dapat mengetahuinya?

Otak orang tua itu teramat cerdas karena anak itu terlahir atas ridha Tuhan melalui hubungan seksual yang diridhai pula. Jadi, hubungan suami-istri itu terjalin atas dasar nurani dan bukan nafsu. Karena berdasarkan nurani, jiwa anak pun terbentuk secara nurani sehingga batin sang anak pun terbentuk cerdas. Dan kecerdasan anak semakin terbangun jika orang tuanya memerhatikan makanan yang dikonsumsinya. Maka, orang tua yang memerhatikan makanannya sungguh akan melahirkan anak-anak yang teramat cerdas. Tentunya kita masih teringat dengan kisah Imam Syafei dengan kisah buah apelnya dan imam-imam yang agung lainnya. Karena orang tuanya begitu menjaga kehalalan rezekinya, anak-anaknya pun tumbuh besar dan berkembang menjadi imam alias pemimpin yang jasanya tak pernah terbayar dengan harta sebanyak apapun.

Dengan memerhatikan ketiganya, mestinya kita segera berpikir tentang keseharian kita. Mengapa anak-anak kita nakal? Mengapa anak-anak kita sulit diatur? Dan mengapa anak-anak kita bodoh? Semua pertanyaan itu akan terjawab jika kita berkenan untuk merefleksikan diri. Perubahan pasti akan terjadi jika kita berkeinginan untuk berubah. Lalu, apakah kita sudah memiliki semangat perubahan untuk menjadi pribadi nan cerdas?Selamat berjuang anak-anak bangsa. Jadilah pribadi nan cerdas untuk membawa bangsa ini kepada kejayaan keilmuan dan kesantunan.




Leave a Reply.

    ADMIN

    Gilang Ramadhan
    Affifulloh
    Lita Satya Rosmaniarzah
    Hernati

    Archives

    May 2012
    April 2012

    Categories

    All
    Cerita Lucu
    Kesehatan
    Lingkungan Hidup
    Matematika
    Pendidikan
    Puisi

    Cuteki
    Get Free Music at www.divine-music.info
    Get Free Music at www.divine-music.info

    Free Music at divine-music.info